Selasa, 15 Februari 2011

Dua Puluh Empat

Menghela nafas sejenak,
Memejamkan mata
Minggu lalu lagi-lagi sebuah titik balik.
Ketika apa yang aku cita-citakan semakin mendekati kenyataan.
Terdapat satu komponen yang harus terganti : teman.

Saya pribadi tidak paham birokrasi menuju kesuksesan.
Saya paham betul sebuah kemenangan membutuhkan persiapan seperti pribahasa di film 'The Mechanic' yaitu Para Cum Victoria-Kemenangan Membutuhkan Persiapan.
Kesuksesan, didalamnya terdapat pengorbanan.
Saya terbiasa mengorbankan hal-hal duniawi.

Sementara menahan nafsu untuk jalan-jalan bareng teman-teman.
Fokus kuliah, membuktikan kepada orang tua bahwa kapasitas intelijensia saya memang disini.

Psikologi.

Memang, hasilnya begitu menakjubkan.
Tertera di informasi akademik dan peluang baru terbuka.
Sayang saya tertampar oleh there's a beginning, there's an end.
Ditengah kebahagiaan ini, saya akan bertemu seseorang yang berkaitan dengan cita-cita sekaligus akan kehilangan seorang teman yang di mana kami menetapkan mengambil spesialisasi psikologi klinis.
Entah mengapa saya kesal bukan kepalang.
Seolah nilai dan peluang itu tidak bermakna.

Sesegera teman menyadarkan saya :
Memang jalannya gitu 'yo, sabar ya.

I can't do anything more.
A conclusion before I wrapped up this post.

Firstly, my dream being a Military Psychologist Officer is closer to the real. I've been establish and focused it so hard since 2009. I think, working as military psychologist make me feel alive.
Second, should I ignoring how bad is losing a friend? At 2008, I lost not only one friend. Now they're rest peacefully. I think I need a new perspective to understand it.

Buang nafas..
Buka mata..
Inilah dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar