Hanya keteguhan hati sebagai modal awal berkaul sebagai siapa yang sudah saya targetkan sebelumnya.
Perlahan sebuah wahyu turun dari seorang yang lebih berpengalaman.
Kami sama-sama berasal dari satu kesatuan.
Kami terlatih untuk bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh mata para awam sekalipun Tuhan.
Kendati saya mengalami pembentukan yang begitu keras, saya kira saya sudah cukup tangguh.
Ternyata belum, saya masih rapuh untuk sebuah tahap tinggi.
Buktinya saya masih terlihat dungu didepan beliau.
Tapi sikap dan sifat militan yaitu bersemangat dan pantang mundur sebagai warisan kesatuan kami sudah mengakar dalam saya.
Saya boleh terlihat dungu didepan beliau untuk hari ini.
Saya lumrah dianggap anak kemarin sore.
Tidak untuk esok.
Saya bisa lebih cerdas daripada beliau.
Gunakan kesegaran neuron otak beliamu kawan, kelicikan dan kekejaman dalam kadar tepat sebelum kembali menerima pelatihan yang baru.
Latihan, latihan dan latihan.
Gangguan jiwa ringan seperti stress, bosan dan depresi ditengah latihan adalah berkah?
Latihan, latihan dan latihan lagi.
Fisik
Mental
Pencapaian sebuah kesempurnaan.
Pencapaian sebuah kesempurnaan yang tidak pernah tampak sempurna.
Hari itu saya utarakan ide kepada beliau
Konsistensi saya dipertanyakan
Kredibilitas saya dipertanyakan
Integritas saya dipertanyakan
Saya tidak paham ketiga hal itu-jawab saya
Saya memahaminya seperti ini :
Memasuki ranah seperti ini.
Rumit.
Namun saya menyenangi semua prosesnya .
Saya tidak mundur.
Malah maju terus.
Beliau bisa saja terbahak-bahak atas kedunguan dan kepolosan saya diujung sana.
Bisa saja. Sebuah principle of falsiability, bisa benar, bisa juga disalahkan.
Mungkin alasan beliau tetap membantu adalah motivasi implisit yang tampak eksplisit pada setiap kata seorang military psychologist officer
Baru tiga halaman 'ku buka buku dengan bahasa alien atau kata mereka adalah bahasa orang gedongan
Perlahan aku sudah mulai menikmati perjalanannya, substansi buku ini perlahan berkorelasi dengan apa yang sedang aku dalami dan apa yang aku kejar sampai dapat.
Tetaplah tertawakan saya senior, dengan begitu saya mampu mengukur diri sendiri
Saya camkan perkataan anda : jangan kau sebut dirimu anggota kesatuan ini kalau kau tidak paham sama sekali buku ini.
Mendengar penegasan itu, sekalinya saya berpikir untuk mundur teratur dari permainan mimpi dan cita-cita ini.
Sekaligus tersadar : tidak mungkin saya bisa terpilih sebagai anggota kesatuan ini, dididik (kendati sempat gagal sebentar) kemudian bisa lulus sebagai yang terbaik. Astaga.. Dungunya saya melupakan bagian diri sebagai lulusan terbaik.
Lebih baik terluka daripada tersinggung.
Lama cuy pengobatannya kalau tersinggung.
Bramantyo Adi



Tidak ada komentar:
Posting Komentar