Senin, 07 Februari 2011

Tiga Belas

Awal semester dua begitu menyenangkan di program studi psikologi Universitas Paramadina.

(Err.. menyenangkan secara harafiah atau dibuat menyenangkan saja yo? both of them..)

Kelas pertama adalah mata kuliah Psikologi Belajar | A208 | 07:00AM

Ya.. betul.. 07:00 AM

Sebenarnya adat masuk jam tujuh sudah ada sejak semester satu kemarin dan oh.. menyebalkan sekali kala memulai hari Senin dengan masuk kuliah jam tujuh pagi. Haiyaaa.. kalau sudah begini kami mahasiswa gemar meledek diri sendiri : apa bedanya coba sama anak SMA masuk kelas jam tujuh. 

Ah, ya sudahlah.. apalah mau dikata. Hanya lima bulan kedepan ini masuk pagi dua kali seminggu. 


Berlanjut ke kelas pertama psikologi belajar. Dosennya sama seperti dosen Psikologi Umum. Beliau adalah Bu Lia, ketua prodi Psikologi, baru married dan berperan sebagai PA (Pembimbing Akademik) saya.

Berdasar diskusi tadi pagi saya simpulkan mata kuliah ini membahas lebih dalam bab 7 di mata kuliah psikologi umum terdahulu yaitu : pembelajaran dan kondisioning. Karena ujung-ujungnya saya berurusan lagi dengan unconditional stimulus, neutral stimulus, conditional stimulus, Bandura's Bobo Doll experience, operant conditioning. PHUAHH! MESTI BUKA BUKU PSIKOLOGI JILID 1 DAN HANDOUT PEMBELAJARAN DAN KONDISIONING LAGI?! 

Baiklah..

Jadi ingat saat semester satu mempelajari pembelajran dan kondisioning, dosen dan kami (mahasiswa) membahas dimensi psikologi fenomena pengemis dan Pak Ogah, kemudian fenomena acara WWF Smack Down yang menyebabkan anak-anak kecil tewas atau cidera karena meniru habis-habisan apa yang dilakukan para cast Smack Down.

At ease.. ealah.. tampaknya tidak bisa disimplifikasi nih.

Mata kuliah ini bisa saya deskripsikan per poin2 sbb :

1. Belajar dalam psikologi tidak selalu identik dengan buka buku, ngapalin rumus, latihan-latihan-latihan atau semacamnya.
2. Belajar adalah perubahan yang relatif menetap sebagai proses dari pengalaman.
Bingung kan? Baiklah ini contohnya. 

Saya dulu termasuk individu yang tidak peduli dengan eksistensi senior dan junior. 
Prinsipnya : lu ada kek, gak ada kek, asal gak rese sama gua.. gua slow-slow aja.
Naah.. kemudian masuk ke SMA PL yang saat itu terkenal dengan senioritas. Di PL gua belajar tentang senioritas baik aspek positif atau negatifnya lewat pengalaman sehari-hari sebagai siswa SMA PL. Selulusnya saya dari SMA PL, saya yang awalnya cenderung kontra dengan senioritas (apalagi yang negatif) lama-lama terbiasa dengan senioritas dan mampu memberi pandangan objektif.

Nah disini bisa dilihat kan ada satu perubahan perilaku yang relatif menetap. Dari awalnya saya tidak begitu peduli tentang eksistensi senioritas dan sekarang bisa memahami senioritas. Begitulah belajar diartikan dalam psikologi.

3. Perubahan perilaku dalam belajar harus bisa diamati, tampak, eksplisit, kasat mata. 
 
Bukan berarti tidak menyenangkan alias ngehe banget sih ini mata kuliah. Karena di akhir semester UAS-nya adalah tipe UAS yang gua suka : bikin paper. He he he.. Kalau begini, gua paling anti disuruh kerja kelompok-biar fokus gitu ngerjainnya. Kerja boleh individual, tapi peer reviewing pasti bermain. Hahaha! Menurut GBPP Psikologi Belajar, untuk UAS mahasiswa ditugaskan membuat paper tentang fenomena sosial masyarakat (misal : korupsi, tren social-networking media) dan kemudian digabungkan dengan salah satu teori psikologi belajar dari total sepuluh teori yang ada.Ya.. bagi teman-teman yang hendak belajar psikologi-seperti saya lakukan hari ini-teori adalah makanan sehari-hari. Sepertinya di semester satu lebih dari sepuluh teori saya pelajari, baru sembilan yang dikuasai. Makanya, mesti baca-baca ulang materi semester satu.

Matkul ini selesai jam sembilan, kemudian diperlihatkan hasil akhir alias nilai Psikologi Umum (Bu Lia juga dosen PU saya saat semester satu). Alhamdulillah bisa tembus C+. Setidaknya beban saya untuk semester ini berkurang, tidak lagi penasaran. Setelah satu batang rokok berlalu, saya masuk ke mata kuliah statistik I.

Konon mata kuliah ini berhasil mempertahankan gelar mata kuliah paling horor taraf awal berdasar riset kepada kakak-kakak senior. Kerja keras untuk mata kuliah statistik? Mutlak. Kebetulan saya termasuk lemah urusan hitung-hitungan.

Mendapat kabar dari dosen, Statistik I wajib dikuasai. Kalau tidak, menyebabkan mahasiswa psikologi tidak bisa mengambil mata kuliah Statistik II, Psikometri dan Penyusunan Skala Psikologi. Statistik dalam psikologi yang saya pahami berguna untuk skripsi format metode penelitian kuantitatif. Kebetulan untuk skripsi esok (masih lama sih.. tapi gak pa pa toh mulai bikin fondasi dari sekarang?) rencananya mau ambil skripsi kuantitatif. Jadi.. mutlaklah saya harus menguasai Statistik I, Statistik II, Psikomentri dan Penyusunan Skala Psikologi.

Baiklah, sekian dulu. Besok masih ada mata kuliah Psikologi Umum II dan Bahasa Inggris I yang akan saya ceritakan di blog ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar